ANCAMAN TERHADAP FUNGSI ORGANISASI
Rabu, 24 Januari 2024 16:31 WIBStabilisasi organisasi sangat rentan apabila stabilitasnya tidak dijaga dan dikelola secara terstruktur. peran pimpinan dan staf sangat fundamental dalam menjaga keutuhan organisasi dan menjaga agar organisasi tidak jatuh kepada kondisi krisis.
Pendahuluan
Studi kasus yang dilakukan oleh Selznick, Gouldner, dan Blau bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai aspek perilaku organisasi. Selznick, Gouldner, dan Blau adalah para ahli sosiologi yang telah melakukan studi kasus mendalam untuk mengeksplorasi berbagai aspek perilaku organisasi. Penelitian mereka bertujuan untuk menjelaskan berbagai faktor yang memengaruhi cara kerja organisasi, termasuk struktur, budaya, komunikasi, dan proses pengambilan keputusan. Dengan menganalisis contoh-contoh bisnis dan institusi di dunia nyata, para sarjana ini telah membantu mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika kompleks yang mendasari perilaku organisasi. Pekerjaan mereka memiliki implikasi praktis bagi para manajer dan pemimpin yang berusaha mengoptimalkan kinerja organisasi mereka dan menumbuhkan lingkungan kerja yang positif bagi karyawan mereka.
Di sisi lain, Merton, seorang sosiolog terkenal, menggunakan pendekatan analisis fungsional untuk merumuskan proposisi teoritis untuk tujuan membangun teori umum tentang perilaku organisasi. Metodologi ini memungkinkannya untuk memeriksa interaksi antara berbagai komponen dalam organisasi dan bagaimana mereka berkontribusi terhadap fungsi organisasi secara keseluruhan. Dengan menganalisis fungsi-fungsi yang dijalankan oleh berbagai struktur organisasi dan mempelajari saling ketergantungannya, Merton berharap dapat menciptakan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami perilaku organisasi dan prinsip-prinsip yang mendasarinya.
Pembahasan
Ancaman terhadap Fungsi Organisasi
Menurut teori Merton, "ancaman" dapat didefinisikan sebagai faktor internal atau eksternal yang menjadi tantangan bagi kemampuan organisasi untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaannya. Faktor-faktor ini dapat beragam, mulai dari kendala keuangan, keterbatasan teknologi, dan masalah yang terkait dengan tenaga kerja hingga bencana alam, perubahan peraturan, dan perubahan dinamika pasar. Salah satu dari faktor-faktor ini dapat menciptakan ketidakstabilan dalam fungsi organisasi, dan jika tidak ditangani secara tepat waktu dan efektif, dapat menyebabkan gangguan yang signifikan dalam operasi dan kinerja secara keseluruhan. Oleh karena itu, sangat penting bagi organisasi untuk mengidentifikasi dan mengelola ancaman-ancaman ini secara proaktif untuk memastikan keberlanjutan dan kesuksesan jangka panjang mereka.
Kebutuhan pemeliharaan adalah kegiatan penting yang harus dilakukan oleh organisasi untuk memastikan kelancaran operasinya. Kegiatan ini dapat mencakup inspeksi rutin, perbaikan, penggantian, atau peningkatan peralatan, mesin, dan infrastruktur untuk mencegah kerusakan, meminimalkan waktu henti, dan mengurangi risiko kecelakaan atau kegagalan. Pemeliharaan yang tepat tidak hanya membantu memperpanjang masa pakai aset, tetapi juga meningkatkan kinerja, efisiensi, dan keamanannya, yang pada akhirnya berkontribusi pada kesuksesan dan keberlanjutan organisasi secara keseluruhan.
Organisasi berfungsi sebagai entitas terstruktur yang dipengaruhi oleh serangkaian variabel yang stabil. Variabel-variabel ini mencakup faktor-faktor seperti pendelegasian tugas, koordinasi aktivitas kerja, dan respons terhadap kekuatan eksternal. Tidak seperti kebutuhan biologis yang melekat pada organisme hidup, kebutuhan ini tidak melekat pada organisasi. Namun, kebutuhan ini memainkan peran penting dalam menentukan perilaku dan struktur organisasi. Ketika organisasi beradaptasi dan berevolusi dalam menanggapi variabel-variabel ini, mereka dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas secara keseluruhan.
Meskipun Merton dan murid-muridnya tidak mendefinisikan atau membuat katalog variabel-variabel ini, dalam teori organisasi, Selznick mengidentifikasi lima kebutuhan utama pemeliharaan keamanan organisasi. Kebutuhan ini termasuk menjaga hubungan baik dengan lingkungan, stabilitas dalam garis kewenangan dan komunikasi, stabilitas hubungan informal dalam organisasi, kesinambungan kebijakan dan sumber-sumber penentuannya, dan homogenitas pandangan sehubungan dengan makna dan peran organisasi. Mempertahankan kebutuhan-kebutuhan ini sangat penting agar organisasi tetap stabil dan berfungsi secara efektif dalam lingkungan yang dinamis. Hal ini melibatkan pemahaman dan tanggapan terhadap tekanan sosial, membangun jalur komunikasi dan otoritas yang jelas, memupuk kepercayaan dan kerja sama di antara para anggota, memastikan kesinambungan dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan menumbuhkan pemahaman bersama tentang tujuan organisasi. Dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini, organisasi dapat menghadapi tantangan dan perubahan, serta membangun fondasi yang kuat untuk keberlanjutan jangka panjang.
Konsep Selznick tentang kebutuhan pemeliharaan menawarkan perspektif yang berharga tentang organisasi yang melampaui struktur dan tujuan formal. Konsep ini mengakui bahwa organisasi adalah sistem sosial yang kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kebutuhan pemeliharaan menjembatani kesenjangan antara struktur formal dan realitas hubungan antar manusia di dalam organisasi. Mereka menekankan pentingnya dinamika sosial, budaya, dan hubungan informal. Keberhasilan sebuah organisasi tidak hanya bergantung pada pencapaian tujuan formal, tetapi juga pada pemeliharaan stabilitas internal, harmoni, dan kohesi. Keberlanjutan organisasi tidak hanya diukur secara kuantitatif tetapi juga secara kualitatif, termasuk hubungan antar individu, budaya organisasi, dan kesejahteraan psikologis para anggota. Kebutuhan pemeliharaan juga memberikan wawasan tentang bagaimana organisasi merespons tekanan eksternal. Mereka harus menjaga hubungan dengan lingkungan sosial mereka untuk mempertahankan legitimasi dan dukungan masyarakat. Dengan memasukkan kebutuhan pemeliharaan, pandangan organisasi menjadi lebih holistik dan kontekstual, menggambarkan mereka sebagai entitas hidup yang beradaptasi dengan kompleksitas dunia nyata. Konsep Selznick memperkaya pemahaman kita tentang perilaku organisasi dan merupakan kontribusi yang berharga bagi teori organisasi.
Perspektif Selznick tentang organisasi menekankan keseimbangan yang rumit antara struktur formal dan pengaruh informal yang mempengaruhi perilaku organisasi. Dia berpendapat bahwa semua organisasi formal dibentuk oleh kekuatan yang bersinggungan dengan tujuan rasional, menyoroti interaksi antara dinamika internal dan eksternal dalam membentuk realitas organisasi. Sebaliknya, teori birokrasi Weber lebih berfokus pada efisiensi dan rasionalitas, mengabaikan elemen kontekstual dan dinamis dari organisasi. Selznick mengamati bahwa organisasi sering menghadapi tekanan dari lingkungannya, seperti tekanan sosial, politik, atau budaya, yang dapat menyebabkan organisasi menyimpang dari tujuan awalnya. Penyimpangan ini dapat berupa praktik-praktik yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip birokrasi Weber, seperti pengambilan keputusan yang didasarkan pada politik, pemeliharaan hubungan informal, atau kepatuhan terhadap norma-norma sosial yang bertentangan dengan tujuan-tujuan formal. Perspektif Selznick membantu menjelaskan keterbatasan teori birokrasi Weber dalam menangkap kompleksitas perilaku organisasi. Dengan mengakui peran kekuatan informal, interaksi dinamis, dan kemampuan beradaptasi organisasi terhadap tekanan lingkungan, pandangan Selznick memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai perilaku organisasi dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan.
Pandangan Merton dan murid-muridnya, yang berfokus pada kebutuhan pemeliharaan dalam perilaku organisasi, telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap teori organisasi. Mereka berpendapat bahwa organisasi tidak semata-mata didorong oleh tujuan formal, tetapi merupakan struktur sosial yang adaptif dengan kehidupan sosialnya sendiri. Kebutuhan pemeliharaan mengacu pada respons dan adaptasi organisasi terhadap kebutuhan internal dan eksternal, yang membentuk perilakunya. Organisasi menghadapi tantangan dan tekanan dari lingkungannya dan perlu menyesuaikan diri. Kebutuhan pemeliharaan mengharuskan organisasi untuk menjaga stabilitas internal dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan, di samping tujuan instrumental mereka. Perspektif ini menunjukkan bahwa organisasi mungkin memiliki "kehidupan mereka sendiri," yang dipengaruhi oleh dinamika sosial, budaya, dan tekanan eksternal. Memahami organisasi sebagai entitas sosial yang adaptif memberikan pandangan holistik tentang dinamika organisasi, memperluas pemahaman kita tentang bagaimana mereka beroperasi dalam lingkungan yang berubah. Perspektif ini membuka jalan untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut dari teori-teori organisasi yang mempertimbangkan kemampuan beradaptasi, budaya, dan kebutuhan pemeliharaan.
Selznick, Gouldner, dan Blau mengusulkan sebuah perspektif tentang organisasi sebagai struktur sosial yang dapat beradaptasi yang menjelaskan perilaku organisasi yang mungkin bertentangan dengan tujuan formal. Konsep ini menjelaskan mengapa beberapa organisasi menunjukkan perilaku yang memprioritaskan kebutuhan pemeliharaan organisasi di atas tujuan formal. Selznick memberikan contoh pada Tennessee Valley Authority (TVA), di mana manajemen berfokus pada menjaga hubungan baik dengan pemangku kepentingan yang berpengaruh daripada melayani kepentingan petani miskin. Gouldner menjelaskan mengapa manajemen mungkin mengabaikan keluhan karyawan untuk menjaga stabilitas internal dan melindungi citra organisasi. Blau berpendapat bahwa prosedur formal untuk lowongan pekerjaan sering kali diabaikan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang mendesak. Pandangan ini menyoroti bahwa organisasi tidak hanya terikat pada tujuan formal mereka, tetapi dapat beradaptasi dan menanggapi kebutuhan yang muncul. Dengan memahami kompleksitas perilaku organisasi, termasuk pertukaran antara tujuan instrumental dan stabilitas internal, teori ini menawarkan wawasan tentang ketidakselarasan antara tujuan resmi dan praktik sehari-hari. Teori ini menekankan perlunya pemahaman yang lebih mendalam mengenai kemampuan beradaptasi, budaya, dan kebutuhan pemeliharaan dalam menganalisis perilaku organisasi pada kenyataannya.
Manajer memainkan peran penting dalam mengatasi ancaman dan memenuhi kebutuhan organisasi, memastikan keberlangsungan dan keselarasan dengan misi dan tujuannya. Mereka harus memahami dan merespons tantangan internal dan eksternal dengan menerapkan intervensi manajemen. Analisis struktural-fungsional menunjukkan bahwa organisasi memiliki kebutuhan esensial yang harus dipenuhi agar dapat berfungsi secara efektif. Pola-pola struktural muncul untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini, dan intervensi manajemen merupakan tanggapan reaktif terhadap ancaman yang teridentifikasi. Kebutuhan esensial mungkin melibatkan adaptasi terhadap perubahan kondisi, kemajuan teknologi, atau perubahan kebijakan pemerintah. Manajer harus menafsirkan sinyal dari lingkungan eksternal dan membuat perubahan internal yang sesuai. Penting untuk mempertimbangkan visi jangka panjang dan prinsip-prinsip organisasi ketika menerapkan intervensi. Hal ini membutuhkan keterlibatan para pemangku kepentingan, membangun dukungan untuk perubahan, dan secara efektif mengkomunikasikan alasan di balik intervensi. Dengan memahami dan mengelola intervensi, para manajer dapat memfasilitasi adaptasi dan keberhasilan dalam lingkungan yang terus berubah, dengan memanfaatkan keterampilan kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen perubahan.
Sebagian besar pola struktural yang dipelajari oleh Selznick, Gouldner, dan Blau diperkenalkan oleh manajemen. Sebagai contoh, kooptasi perguruan tinggi hibah tanah dalam penelitian Selznick merupakan reaksi adaptif terhadap ancaman eksternal terhadap stabilitas dan keberlangsungan TVA. Demikian pula, keputusan manajemen untuk mengadopsi gaya otoriter yang ketat dalam penelitian Gouldner merupakan respon adaptif terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh meningkatnya persaingan ekonomi. Namun, beberapa pola struktural, meskipun bersifat adaptif, bukanlah hasil kerja para manajer. Blau, misalnya, menggambarkan perubahan struktural yang dilakukan oleh karyawan ketika mereka beradaptasi dengan masalah yang ditimbulkan oleh sistem pengukuran kinerja yang baru. Satu kelompok pewawancara memilih untuk berkompetisi secara agresif, sementara kelompok lainnya lebih memilih untuk melakukan tugas mereka dengan cara yang lebih kolegial. Sebagaimana dinyatakan di bawah ini, respon adaptif dari karyawan non-manajerial merupakan komponen penting lainnya dari teori perubahan organisasi.
Referensi :
Robert K. Merton , Social Theory and Social Structure: Toward the Codification of Theory and Research (Glencoe, IL:Th e Free Press, 1949)
Rober t K. Merton , "Bureaucratic Structure and Personality," Social Forces 18 (May 1940)
Philip Selznick, TVA and the Grass Roots: A Study in the Sociology of Formal Organization (Berkeley: University of California Press, 1953).
AlvinW. Gouldner, Patterns of Industrial Bureaucracy (Glencoe, IL:Th e Free Press, 1954).
Peter M. Blau, The Dynamics of Bureaucracy: A Study of Interpersonal Relations in Two Government Agencies (Chicago: University of Chicag o Press, 2n d Edition, 1963)
Peter M. Blau and Marshall W. Meyer, Bureaucracy in Modern Society (New York: Rando m House , 2n d ed., 1971)
Nicos P. Mouzelis, Organization and Bureaucracy: An Analysis of Modern Theories (Chicago :Aldine Publishing Company, 1968),
Penulis Indonesiana
1 Pengikut
ANCAMAN TERHADAP FUNGSI ORGANISASI
Rabu, 24 Januari 2024 16:31 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler